Kepribadian Muhammadiyah

Kepribadian Muhammadiyah

Tonggak berdirinya Muhammadiyah sesungguhnya dimulai dari pembacaan kritis terhadap realitas disekitar kita, banyaknya ketidak adilan dan kebodohan serta pudarnya pemahaman Islam menggugah Kh. Ahmad dahlan untuk mengupayakan purifikasi dalam mempertahankan ortodoksi ajaran Islam dan berorentasi pada gerakan moral, dakwah, dan sosial. Hal ini ditunjukkan misi “amar ma’ruf nahi mungkar” dan selalu mendasarkan pad ar-ruju’u ila a-Qur’an wa as-sunnah.

Identitas Muhammadiyah sebagai gerakan moral yang berperan sebagai alat rekayasa sosial dari masa kemasa memiliki spirit pembebasan dari belenggu tradisionalisme dan konservatisme yang menggugat kemapanan tradisi. Gerakan Muhammadiyah yang membawa spirit pencerahan di tengah kekolotan tradisi , belenggu kolonialisme dan para penguasa lalim adalah bagian dari identitasnya selain sebagai gerakan sosial yang paham betul akan keadaan bangsa ini.

Dalam wilayah sosial Muhammadiyah telah banyak berperan dalam kesejahteraan dan pengentasan kemiskinan terbukti dengan didirikannya rumah sakit -rumah sakit atau PKU, sedangkan dalam konteks pembangunan pendidikan bangsa Muhammadiyah mampu menunjukkan komitmennya sejak awal melalui pendidikan. Gerakan penididikan yang dilakukan Muhammadiyah ialah wujud komitmen Muhammadiyah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan memberikan pencerahan mental kepada bangsa ini.

Matan Keyakinan Cita-Cita Hidup Muhammdiyah
A. Latar belakang

Matan keyakinan dan cita-cita Hidup Muhammadiyah merupakan satu dari beberapa rumusan resmi persyarikatan yang disahkan atau diptuskan dalm tanwir muhammadiyah Ke-37 tahun 1968 di Yogyakarta dan kemudian diperbaiki dan diubah oleh Pimpinan Pusat Muhammdiyah berdasarkan amanat tanwir tahun 1970.
Perumusan matan dan keyakinan sesungguhnya tidak terlepas keterkaitan antara kondisi bangsa dan internal Muhammadiyah dalam perumusan matan keyaninan dan cita-cita hidup Muhammdiyah, hal yang dirumuskan adalah tentang keyaninan hidupnya, cita-cita, konsepsi, ajaran, fungsi dan misinya, fungsi agama karena rumusan MKCH merupakan rumusan tentang Muhammdiyah yang esensial dan rumusan hal-hal yang berupa prinsip-prinsip yang fundamental.

Untuk dapat melaksankan hidup dan kehidupan yang sesuai dengan keyakinan serta dalam mencapai tujuan yang menjadi cita-cita mutlak diperlukan konsepsi ajaran. Muhammadiyah sebagai organisasi keagamaan berkeyakinan bahwa Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada rasul-Nya sejak Nabi Adam.AS sampai Nabi Muhammad.SAW, dan merupakan rahmat dan hidyah dari Allah.SWT yang diberikan kepada umat manusia sepanjang masa dan menjamin kesejahteraan hidup baik itu materiil dan spiritual maupun duniawi dan ukhrawi.

B. Teks Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah

1. Muhammadiyah adalah gerakan yang berasaskan Islam, bercita-cita dan bekerja untukmewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, untuk melaksanakan fungsi danmisi manusia sebagai hambadan khalifah di muka bumi.
2. Muhammdiyah berkeyaninanbahwa Islam adalah Agama Allah yang diwahyukan kepada rasulnya sejak Nabi Adam AS sampai Nabi Muhammad SAW sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada manusia, sepanjang masa dan menjamin kesejahteraan hidup materiil-spirituil dan duniawi -ukhrawi.
3. Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan :
• Al-qur’an: kitap Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW
• Sunnah Rasul: Penjelasan dan pelaksanaan ajaran-ajaran Al-Qur’an yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW.
• Dengan menggunakan akal pikiran sesuai dengan ajaran Islam
4. Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam meliputi: Aqidah, Akhlak, Ibadah, Mu’ammalat Duniawiyat
5. Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa yang telah mendapat karuniaAllah berupa tanah air yang mempunyai sumber-sumber kekayaan, kemerdekan bansa dan negara Republik Indonesia untuk berusaha bersama-sama menjadikan satu negera adil, makmur dan dirido Allah SWT.

Sistematika dan Pedoman Memahami MKCH Muhammadiyah.
Rumusan matan keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah yang terdapat diatas merupakan rumusan tentang Muhammadiyah secara essensial dan rumusan tersebut terbagi 3 (tiga) kelompok ;

1. Mengandung Pokok-Pokok persoalan yang bersifat ideologis.
a. Asas: Muhammadiyah adalah berasaskan Islam
b. Cita-cita/tujuan: dan bekerja untuk terwujudnya masyarakat utama yang diridloi allah
c. Ajaran yang digunakan berdasarkan keyakinan dan cita-cita hidup yang berasaskan Islam dan dikuatkan oleh hasil penyeledikan ilmia, historis dan sosiologis Muhammadiyah berkeyaninan bahwa ajaran yang dapat dilaksanakan hidup yang sesuai dengan ‘asasnya’ dan perjuangannya sebagimana yang dimaksud dalam (Islam) sanagt perlu adanya rumusan secara konkore sistematis dan menyeluruh tentang konsepsi-konsepsi ajaran Islam yang meliputi aspek hidp dan kehidupan manusia atau masyarakat sebagai isi daripada masyarakat yang sebenar-benarnya.

d. Keyakinan dan cita-cita Muhammadiyah
Persoalan-persoalan pokok keyakinan dan cita-cita Muhammadiyah sebagaimana yang telah diuraikan dengan singkat di atas tidak lepas dari faham yang diyakini oleh Muhammadiyah (Islam). Islam merupakan sumber keyakinan dan hidup Muhammadiyah. Oleh sebag itu faham agama dalam Muhammadiyah adalah yang paling essensial bagi adanya keyakinan dan cita-cita Muhammadiyah.

2. Mengandung Persoalan yang mengenai paham agama menurut Muhammadiyah
Dalam mengamalkan Islam Muhammadiyah tidak bisa lepas dari Al-qu’an dan Assunah, maka muhammadiyah berkeyaninan demi terwujudnya nilai-nilai akhlak (moral) muhammadiyah selalu berpedoman pada Al-qu’an dan as-sunnah.
Sebagimana yang telah diuraikan dengan singkat seperti ditas, bahwa Muhammadiyah berkeyaninan agama Islam adalah agama yang dirurunkan oleh Allah kepada Rasul-Nya, sejak Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad. SAW yang merupakan Nabi terakhir, maka dari situ agama yang dibawa oleh muhammd itulah yang tetap belaku hingga sekarang dan untuk masa selanjutnya. Dengan akal pikiran progressif dan dinamis mempunyai peranan dan lapangan yang luas, karena pikaran bisa mempertimbangkan seberapa jauh keadaan dan waktu terhadap kesesuaian hukum dalam batas maksud-maksud dan pokok-pokok ajaran Islam, oleh sebab itu Muhammadiyah berpendapat bahwa pintu ijtihad selalu terbuka.

Dengan dasar dan cara memahami seperti diatas, Muhammadiyah berpendirian bahwa ajaran Islam merupakan kesatuan ajaran yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Seperti aqidah, akhlak, ibadah dan mu’amalat. Dimana itu semuanya bertumpu dan mencerminkan kepercayaan tauhid dalam hidup dan kehidupan manusia.
3. Mengandung persoalan mengenai fungsi dan misi Muhammadiyah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Berdasarkan keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah yang bersumber pada ajaran Islam seperti tersebut diatas, Muhammadiyah menyadari kewajibannya berjuang dan mengajak kepada segenap golongan dan lapisan bangsa untuk mengatur dan membangun dan membangun bangsa ini, sehingga terwujud masyarakat yang adil dan makmur, sejahtera, sebagai baik dari segi materiil maupun spirituil yang diridhoi Allah SWT. Kaena Muhammadiyah adalah persyarikatan yang telah menegaskan bahwa seluruh yang dikerjakan Muhammadiyah dengan amal usanya harus bertumpu pada tujuan akhir yaitu terciptanya masyarakat utama (adil, makmur, sejahatera ) yang diridhoi oleh Allah SWT sehingga seorang muslim yang tergabung dalam Muhammdiyah akan sadar keberadaanya sebagi hamba Allah.
Hidup bermasyarakat bagi manusia adlah sunnnatullah atau dalam istilah umumnya adalah keniscayaan sebagaimana yang telah ditegaskan dalam al-Quran surat hujarat. Keniscayaan manusia selaku makhluk yang bermasyarakat telah disepakati oleh semua disiplin ilmu pengetahuan. Dalam tinjauan filosofis manusia adalah mahkluk tuhan (HOMO Divian), mahluk mandiri yang mempunyai kebebasan (Free Will), sedangkan dilihat dari sifatnya manusia adalah mahluk pribadi (Homo Individualicum) sekaligus mahluk sosial (homo socius) yang oleh Aristotales dinamai dengan Zoon Politicon.
Mangacu pada perkembangan sejarah dan kenyataan bansa Indonesia sempai dewasa ini, semua yag ingin dilaksanakan dan dicapai oleh Muhammadiyah seperti yang terdapat dalam keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah adalah bukan hal yang baru, dan pada hakekatnya adalah sesuatu yagn sangat wajar. Sedangkan pola perjuangan Muhammadiyah dalam melaksanakan dan mencapi cita-cita hidupnya dalam masyarakat. Muhammadiyah dalam melaksanakan dan mencapai cita-cita hidupnya dalam masyarakat. Muhammadiyah menggunanakan dakwah Islam dan proses belajar mengajar berpegang teguh pada amar ma’ruf nahi mungkar.
Dengan dakwah Islam dan amar ma’mur nahi mungkar diharapkan nantinya Muhammadiyah dapat membuktikan secara teoritis konseptual, operasional dan secara riil bahwa ajaran Islam mampu mengatur masyarakat dalam Negara Republik Indonesia yang ber-pancasila dan UUS 1945 menjadi masyarakat yang adil dan makmur serta sejahtera baik materiil maupun immateriil yang diridhoi Allah SWT.

Konsepsi Tauhid Sosial sebagai kepribadian Muhammdiyah.
Kata tauhid dalam Islam dipahami sebagai menunggalkan atau mengesakan Allah. Dalam Islam Tauhid dibagi menjadi dua yaitu tauhid Uluhiyyah dan tauhid Rububiyyah. Tauhid ilahiyyah adalah tauhid menyadarkan kepada kita bahwa Allah adalah eksistensi tunggal. Sedangkan tauhid rubbubiyyah adalah tuhan yang memperhatikan , menyantuni memberi supervisi secara detail artinya sesungguhnya setiap maksluk yang telah diciptakan dalam perhatian dan penanganan Allah SWT. Sedangkan yang dimaksud dengan tauhid sosial adalah dimensi sosial dari Tauhidillah. Ini dimaksudkan agar tauhid Uluhiyyah dan Tauhid Rubbubiyyah yang sudah tertanam dikepala kita kaum Muslimin bisa diturunkan lagi kedalam dataran pergaulan sosial, realitas sosial, secara konkret. Istilah ini tentunya mengacu kepada ajaran Islam yang sangat kental dengan pemberdayaan masyarakat bawah dan keadilan.
Sebagai organisasi Jami’iah (persyarikatan) dan Harakah (gerakan), muhammadiyah memegang teguh tauhid sebagai doktrin sentral. Bendera Muhammadiyah menunjukkan dengan jelas betapa seluruh gerakan dan kehidupan Muhammadiyah harus berdasarkan pada tauhid. Dalam wawasan keagamaan Muhammadiyah, tauhid adalah hal yang paling kunci. Tauhid yang jernih dan benar akan melahirkan kehidupan yang bersih seimbang, adil dan sejahtera. Sebaliknya jika tauhid sudah terkena polusi syirik maka kehidupan umat Islam akan mengalami degradasi dan degenerasi dalam segala bidang.
Namun jangan dilupakan bahwa tauhid juga menuntut ditegakkann nya keadilan sosial, karena dilihat dari kacamata tauhid, setiap gejala eksploitasi manusia atas manusia lainnya adalah pengingkaran terhaedap persamaan derajat manusia di depan Allah, sehingga jurang pemisah kelas (strata) ekonomi kaya, miskin yang disertai dengan terjadinya eksploitasi dan penghisapan merupakan fenomena yang mengingkari nilai-nilai tauhid. K.H. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah bertahun-tahun pada awal berdirinya Muhammadiyah mengajarkan surat Al-ma’un kepada santrinya tidak semata-mata karena pesan-pesan keadilan sosial dari surat Al-ma’un yang belum sepenuhnya dilaksankan oleh kalangan ummat Islam. Tetapi juga karena Kiay Dahlan ingin menanamkan satu pengertian bahwa keadilan sosial, adalah realisasi “tauhid sosial” ditengah masyarakat Indonesia.
Dalam konteks ke-Indonesiaan, disamping harus teguh memegang tauhid aqidah, Muhammadiyah juga mempertajam tahud sosialnya, kondisi Indonesia modern yag tumbuh bersama paham ekonomi kapitalis telah melahirkan fenomena penumpukan kekayaan dan kemakmuran pada pribadi-pribadi tertentu dan penindasan terhadap pribadi lain. Patologi sosial yang terjadi dari sabang sampai merauke menunjukkan bahwa ketidakadilan sosial dan kesenjangan sosial merupakan pemicu utama kekerasan sosial dan disintegrasi bangsa.
Dalam perjalanannya, upaya untuk mengimplementasikan tauhid sosial didukug oleh empat doktrin yang hidup di lingkungan warga Muhammadiyah empat doktrin tersebut adalah:
Pertama, Percerahan Ummat
Para tokoh Muhammadiyah pendahulu tidak pernah bosan mengingatkan masyarakat Islam bahwa ilmu pengetahuan adalah ‘barang’ yang hilang dari kaum muslimin yagn harus direbut kembali dari tangan Barat yang sudah mencapai puncak peradabannya setelah mengalai masa kegelapan Eropa pada abad pertengahan. Seperti halnya Islam juga mengalami masa kegelapan peradaban setelah masa kejayaan pada saat kekuasaan Bani Umayyah di Damaskus dan Bani Abbasiyah di Baghdad.
Proses pencerahan ummat dalam Muhammadiyah dimulai dengan proses pendidikan dengan mendirikan sekolah-sekolah dan sarana pendidikan lain sebanyak mungkin dan bukan dengan mendirikan usaha-usaha dagang. Lewat doktrin ‘enligtment’ bagi ummat Islam maka terjadi reduksi terhadap makna ‘santri . Santri dianggap sebagi orang mampu menguasi ilmu pengetahuan agama yang diimbangi dengan pengetahun keduniaan, pengetahuan tentang aqidah-akhlak, tafsir dan faqfi juga harus diimbangi dengan pengetahuan filsafat, kosmologi, engineering, ilmu ekonomi, sosial-politik ideologi dan lain sebagainya.
Kedua, menggembirakan amal shalih.
Doktrin iman tanpa keshalihan sosial ibarat “pohon tanpa buah” sangat dipegang kokoh oleh seluruh warga Muhammadiyah. Dokrin ini berfungsi secara organisasional antara lain adalah untuk mobilisasi, atau dalam bahasa Muhammadiyah untuk menggembirakan amal shalih kolektif.
Ketiga, kerjasama untuk kebaikan
“Berkerjasamalah dalam kebajikan dan taqwa dan janganlah bekerja sama dalam dosa dan permusuhan” (Qur’an 5;2) telah dijadikan doktrin perjuangan Muhammadiyah. Sebagai organisasi dakwah yang berusaha mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk menegakkan kebajikan dan mencegah kemungkaran, Muhammadiyah mengimbau para mubaligh untuk dapat bekerjasama dengan semua pihak demi tercapainya tujuan bersama. Di kalangan Muhammadiyah muncul istilah “hanya dengan ‘iblis’ saja Muhammadiyah tidak bisa bekerjasama”.
Keempat, tidak berpolitik praktis.
Dalam mencapai cita-cita perjuangannya untuk membangun masyarakat utama yagn diridhoi oleh Allah SWT. Muhammadiyah menghindari politik praktis. Sepintas sikap Muhammadiyah ini sangat tidak bijak, jika dipahami politik sebagi salah satu akses untuk menjalankan proses dakwah, karena jika setiap sesuatu didukung dan distimulus melalui sebuah keputusan politik maka keputusannya akan mempunyai kekuatan pendorong lebih. Masalahnya, tugas Muhammadiyah adalah membangun masyarakat baik nilai maupun sturktur dalam perspektif jangka panjang, Muhammadiyah tidak ingin mengambil jalan pintas yang belum tentu pasti akan berhasil. Apalagi akses politik yang tidak stabil dan tidak beretika akan berakibat buruk pada masa depan ummat islam. Logika Muhammadiyah adalah dengan membina masyarakat lewat siraman nilai-nilai Islam, Muhammadiyah berarti telah mempersiapkan manusia-manusia yang berakhlak, memegang nilai-nilai dan norma-norma moral secara kuat.
Penutup
Sebagai sebuah organisasi social, Muhammadiyah telah diakui sebagai pilar penting sivil society di Indonesia. Bahkan jika melihat amal usaha Muhammadiyah berupa ratusan Perguruan Tinggi (PTM), ribuan sekolah dan rumah sakit, panti asuhan, perbankan, dll pantaslah jika banyak pemikir Islam dunia menyebut Muhammadiyah sebagai organisasi Islam terbesar di dunia dan menjadi panutan gerakan keagamaan di dunia Islam. Hal ini tentu menjadi kebanggaan sekaligus tantangan bagi kita kader penerus persyarikatan agar langkah Muhammadiyah tidak pernah mandeg.

Leave a comment

No comments yet.

Comments RSS TrackBack Identifier URI

Leave a comment